Home » Uncategorized » Juventus, Hitam Putih, dan Warna Warni Itu

Juventus, Hitam Putih, dan Warna Warni Itu

Jika kekuatan sebuah history mampu mengikat seseorang untuk mencintai sesuatu, maka saya adalah orang kesekian yang menganggukkan kepala saya. Jika sebuah kebetulan bisa membuat seseorang menautkan hatinya dan menyimpannya di alam bawah sadar, saya pula yang akan menjadi orang kesekian yang menganggukkan kepala. Banyak hal yang bisa membuat seseorang jatuh hati, begitu pula dengan saya ketika menambatkan loyalitas saya pada Juventus. Klub asal negeri Pizza Italy ini mampu menarik perhatian saya dengan sepak bola.

Apa hubungannya dengan intro yang saya letakkan diatas? Alkisah tahun 1994 adalah pertama kali saya mengenal siaran sepak bola Piala Dunia USA 1994. Sebagai anak desa yang hanya tau menendang bola, saya langsung jatuh cinta dengan permainan salah satu negara peserta yaitu Argentina. Argentina yang sedang dalam performa meliuk liuk dengan indahnya dan tidak dapat dihentikan oleh siapapun. Itulah yang tertanam di benak saya. Seorang pemain gempal yang lincah menggunakan seragam hitam putih. Wait wait, kok hitam putih? bukannya Argentina itu seragamnya biru laut strip putih? Ya, jaman itu TV yang saya gunakan menonton ramai ramai di rumah saya adalah TV box 21 Inchi (Walaupun box kayunya membuat TV itu jadi berukuran 29 Inchi)bermerek Jepang bertombol knop putar dan berlayar cembung.

Memori yang menancap di alam bawah sadar saya adalah bahwa ada sebuah team sepak bola dengan kaus berwarna hitam putih dengan pemain gempal lincah yang pandai meliuk indah benar benar terpatri di benak saya. 4 tahun setelahnya, orang tua saya mampu pasang parabola dan beli TV berwarna. Saya yang sudah melek huruf dan sudah melek bola tentunya, mencoba mencari cari sosok yang dahulu begitu saya idolakan. Seorang pemain gempal dengan liukan indah berseragam putih hitam. Dan disinilah saya menemukan seorang pemain belia dengan rambut ikal (sama dengan idola saya si Maradona) mengenakan kaus hitam pulih dengan logo D+ sedang meliuk liuk lincah diantara pemain belakang Udinesse. Dialah si golden boy Juventus Allesandro Del Piero.

Saya seperti menemukan kembali ingatan saya di USA 94. Menemukan team yang dulu amat saya idolakan permainannya. Alih alih Argentina, malah Juventus yang saya gilai. Sama sama hitam putihnya (yang satu hitam putih karena TV saya hitam putih, dan yang satu hitam putih beneran dengan TV berwarna) dan sama sama mempunyai playmaker dengan postur kecil dan lincah. Dalam ingatan saya, ya memang ini team yang dulu saya tonton 4 tahun yang lalu dengan pemain dan seragam yang sama.

Saat itulah saya mematri Juventus diingatan saya. Menanamkan dalam ingatan saya bahwa saya telah menemukan kembali history saya tentang Argentina. Tentang pemain gempal berambut ikal yang menawan. Tentang sepakbola indah. Tentang romantisme nonton bareng di TV hitam putih dengan orang sekampung, dan tentang nikmatnya TV berwarna dengan parabola.

Seperti itu pula De Javu yang dirasakan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, pada golongan tua khususnya, dalam Piala Dunia 2010 menjagokan Belanda. Ya, Meeneer Van Bronchost, Van Persie, Van Bommel seperti akrab ditelinga mereka. Apalagi setelah mengetahui ada beberapa keturunan Indonesia yang bermain di lapangan hijau menggunakan kaus Der Oranje. Dengan rasa patriotisme (walau sebenarnya Belanda itu penjajah) golongan bapak bapak dan simbah simbah tanpa bisa ditawar lagi menjagokan Belanda. Ya, alam bawah sadar mereka sayup sayup mendengar kata Londo, Walanda, Holland, Meneer Van den Berg si mandor galak jaman penjajahan. Aneh memang, tapi alam sadar kita memang mengatakan dan merepetisi yang mengakibatkan reaksi sugestif untuk mendukung sesuatu.

Dan ketika PSSI masih tertatih tatih mengejar Meneer Van Persie yang berhasil mengecup medali perak South Africa 2010 saya benar benar berharap kalau yang ada dialam sadar para pemuda Indonesia bukan tentang Nurdin Halid, bukan pula tentang negaranya yang carut marut. Saya berharap mematrikan nasionalisme di pikiran saya bahwa Garuda di dadaku benar benar bisa terbang tinggi. Bahwa merah putih bisa berkibar dengan gagah diatas tiang Olimpiade, tiang World Cup, maupun tiang Piala Tiger sekalipun. Hidup sweet memory, hidup nasionalisme, hidup PSSI. Jiwa Raga Kami.

Danindra SaG

Sarjana Galau

6 thoughts on “Juventus, Hitam Putih, dan Warna Warni Itu

Leave a reply to lowo Cancel reply